Rupiah menyentuh level terendah selama tujuh bulan

kontan.co.id JAKARTA - Performa rupiah semakin terpuruk. Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang kian solid menjadikan dollar AS perkasa. Sedangkan dari dalam negeri, pengesahan UU Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) tak langsung mendapat respons negatif pelaku pasar. Alhasil, kemarin (29/9), rupiah menyentuh level terendah selama tujuh bulan.

Di pasar spot kemarin, nilai tukar rupiah versus dollar AS melemah 1% dibandingkan akhir pekan lalu menjadi 12.169. Sedangkan kurs tengah rupiah di Bank Indonesia (BI) terdepresiasi 0,94% menjadi 12.120. Sementara pada non-delivery forward (NDF) Singapura sebulan Rp 12.330.

"Biasanya selisih spot dengan NDF antara Rp 60-Rp 90, ini karena demand NDF besar selisihnya di atas itu," terang tresuri bank Eropa di Singapura. Menurut dia, banyak yang menarik dollar. "Biasanya kalau untuk bayar utang, biasanya yang di pasar spot akan lebih kuat dibandingkan NDF," terangnya.

Albertus Christian, Senior Researcher and Analyst PT Monex Investindo Futures, mengatakan pelemahan rupiah dipicu faktor domestik dan eksternal. Dari eksternal, penguatan dollar AS masih menjadi penyebab utama.

Sementara dari domestik, tekanan rupiah datang dari partai koalisi pengusung presiden terpilih Joko Widodo yang kalah solid dengan koalisi merah putih. Hasilnya, RUU Pilkada tak langsung menjadi undang-undang. Keberadaan koalisi merah putih dikhawatirkan menjadi penghambat pemerintahan Joko Widodo dalam merealisasikan program-programnya. Kemunduran demokrasi di Indonesia ini memudarkan optimisme pelaku pasar terhadap pertumbuhan ekonomi ke depan.

“Peluang pertumbuhan di era pemerintahan Jokowi memudar pasca disahkannya RUU Pilkada melalui DPRD,” jelas Christian. Sedangkan dari regional, Christian bilang pelemahan rupiah juga terimbas aksi unjuk rasa yang berlangsung di Hong Kong. Demonstran pro-demokrasi menuntut pemilihan Presiden Hong Kong secara langsung tahun 2017.

Suluh Adil Wicaksono, analis PT Millenium Penata Futures, menduga, pelemahan rupiah masih berlangsung hingga hari ini. Menurut dia, Bank Indonesia belum akan mengambil kebijakan strategis di masa transisi pemerintahan seperti saat ini. Jadi BI belum melakukan intervensi saat rupiah melemah.

Tapi menurut tresuri Singapura tadi, BI sempat intervensi sekitar US$ 400 juta–US$ 500 juta. Menurut Suluh, rupiah belum akan menguat meninggalkan area Rp 12.000. Christian juga menduga, pelemahan rupiah masih berlanjut hari ini.

Data belanja individu AS bulan Agustus 2014 tumbuh 0,5%, naik dibandingkan periode sebelumnya yang minus 0,1%. Artinya, konsumsi masyarakat AS meningkat. Ini sejalan pendapatan individu AS di Agustus tumbuh 0,3%. Angka ini lebih tinggi dari bulan lalu yang tumbuh 0,2%. Kedua data tersebut menunjukkan solidnya ekonomi AS dan berpeluang menguatkan pergerakan dollar AS.

Selain itu, hari ini akan ada rilis data final manufaktur China yang diprediksi masih kontraksi. Hari ini, Suluh memprediksi rupiah di Rp 12.075–Rp 12.150. Sedangkan Christian menduga rupiah di level Rp 12.030–Rp12.155.




Silahkan hubungi Kami untuk pertanyaan seputar Produk dan Pendaftaran member Kedai Trader Platinum.

Telp : +62 821-3565-6333
E-mail : cs@kedaitrader.com
PIN : 2B8F7267



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages